Studi baru menunjukkan bahwa pola makan nabati dapat membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology telah menyarankan bahwa pola makan nabati dapat membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Studi tersebut, yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Harvard, menganalisis data dari lebih dari 200.000 profesional kesehatan selama 32 tahun. Sebelum membaca lebih lanjut yuk mampir ke Mantap168
Studi tersebut menemukan bahwa mereka yang mengikuti pola makan nabati memiliki risiko 30% lebih rendah terkena penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan mereka yang mengikuti pola makan yang menyertakan daging. Studi ini juga menemukan bahwa mereka yang mengikuti pola makan nabati memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang lebih rendah, tekanan darah yang lebih rendah, dan kadar kolesterol yang lebih rendah.
Temuan menunjukkan bahwa pola makan nabati mungkin memiliki manfaat kesehatan yang signifikan untuk mencegah penyakit kardiovaskular, yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penulis utama studi tersebut, Dr. Ambika Satija, menekankan pentingnya memasukkan lebih banyak makanan nabati ke dalam makanan untuk mendukung kesehatan jantung.
Temuan studi ini memiliki implikasi penting bagi kesehatan masyarakat, karena penyakit kardiovaskular terus menjadi masalah kesehatan utama secara global. Sementara penelitian sebelumnya telah mengaitkan pola makan nabati dengan tingkat penyakit kardiovaskular yang lebih rendah, penelitian ini adalah salah satu yang terbesar dan terlama untuk meneliti hubungan antara pola makan dan kesehatan jantung.
Penulis penelitian mencatat bahwa mekanisme yang tepat dimana pola makan nabati dapat membantu mencegah penyakit kardiovaskular masih belum jelas. Namun, mereka menyarankan bahwa nutrisi, serat, dan antioksidan tingkat tinggi yang ditemukan dalam makanan nabati dapat berperan dalam mendukung kesehatan jantung.
Temuan penelitian ini disambut dengan antusias dan skeptis oleh para ahli di lapangan. Beberapa orang telah menunjukkan bahwa desain pengamatan studi tidak dapat membuktikan kausalitas, dan bahwa faktor-faktor lain, seperti olahraga dan stres, mungkin berkontribusi pada hubungan yang diamati antara pola makan nabati dan kesehatan jantung.
Yang lain telah mengemukakan kekhawatiran tentang potensi pola makan nabati yang menyebabkan kekurangan nutrisi, terutama protein dan vitamin B12. Namun, penulis penelitian mencatat bahwa adalah mungkin untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada pola makan nabati dengan perencanaan dan suplementasi yang cermat jika diperlukan.
Terlepas dari kekhawatiran ini, penulis penelitian berpendapat bahwa temuan tersebut menyoroti potensi pola makan nabati untuk memainkan peran penting dalam mencegah penyakit kardiovaskular. “Kita perlu mendorong orang untuk memasukkan lebih banyak makanan nabati ke dalam makanan mereka dan mengurangi asupan makanan hewani,” kata Satija.
Temuan penelitian ini juga menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut tentang potensi manfaat kesehatan dari pola makan nabati, serta potensi intervensi untuk mempromosikan pola makan nabati. Karena penyakit kardiovaskular terus menjadi masalah kesehatan utama, penting untuk memahami bagaimana pola makan dapat mendukung kesehatan jantung dan mengembangkan strategi untuk mempromosikan kebiasaan makan yang sehat.
Secara keseluruhan, temuan penelitian menunjukkan bahwa pola makan nabati mungkin memiliki manfaat kesehatan yang signifikan untuk mencegah penyakit kardiovaskular. Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya hubungan antara pola makan dan kesehatan jantung, penelitian ini menggarisbawahi pentingnya memasukkan lebih banyak makanan nabati ke dalam pola makan untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Dengan mengurangi asupan daging dan meningkatkan konsumsi makanan nabati, kita dapat mendukung kesehatan jantung dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.